Selasa, 12 November 2019

Glass Ionomer Semen dan Atraumatic Restorasi Treatment

1 Defenisi Semen Ionomer Kaca (SIK) 
          Semen ionomer kaca adalah bahan restorasi yang paling akhir berkembang dan mempunyai sifat perlekatan yang baik. Semen ini melekat pada enamel dan dentin melalui ikatan kimia. Kekurangan SIK jika dibandingkan dengan bahan tumpatan lain adalah kurang estestik, sulit dipolish, dan mempunyai sifat brittle (Robert, 2002). 
            Semen ionomer kaca terdiri dari campuran bubuk dan cairan yang kemudian dicampur dengan air. Bubuk semen ionomer kaca adalah kaca aluminosilikat dan cairannya adalah larutan dari asam poliakrilik. Beberapa sifat yang dimiliki semen ionomer kaca adalah bersifat biokompatibilitas terhadap jaringan gigi, sifat perlekatan baik secara kimia terhadap dentin dan enamel, serta mempunyai beberapa sifat fisis (Robert, 2002).
       
Semen ionomer kaca melepaskan ion fluor dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga dapat menghilangkan sensitivitas dan mencegah terjadinya karies sekunder. Kemampuan dalam melepaskan ion fluor terhadap compressive strength dari bahan restorasi Semen ionomer kaca, mengakibatkan korelasi negatif antara pelepasan ion fluoride dengan compressive strength. Bahan material yang memiliki tingkat pelepasan ion fluoride yang lebih tinggi, secara umum mempunyai kekuatan yang lebih rendah dari material yang memiliki tingkat pelepasan ion fluoride yang rendah (Robert, 2002). 
            Semen ionomer kaca sering disebut dengan ASPA (Alumine Silicate and polyacrylic acid ). Reaksi yang terbentuk dari Semen ionomer kaca adalah reaksi antara alumina silikat kaca dalam bentuk powder dengan asam poliakrilik sebagai liquid. Selain sebagai bahan restorasi, Semen ionomer kaca dapat digunakansebagai bahan perekat, bahan pengisi untuk restorasi gigi anterior dan posterior, pelapiskavitas, penutup pit dan fisur, bonding agent pada resin komposit, serta sebagai semen adhesif pada perawatan ortodontik. Ukuran partikel gelas Semen ionomer kaca bervariasi, yaitu sekitar 50 µm sebagai bahan restorasi dan sekitar 20 µm sebagai bahan luting (Robert, 2002). 

2 Komposisi Semen Ionomer Kaca
Semen ionomer kaca terdiri dari bubuk dan cairan yang dapat mengeras setelah dilakukan manipulasi. 
a. Komposisi Bubuk
  Bubuk Semen Ionomer Kaca adalah kaca alumina-silikat. Walaupun memiliki karakteristik yang sama dengan silikat tetapi perbandingan alumina-silikat lebih tinggi pada semen silikat (Anusavice, 2003). 
b. Komposisi Cairan
    Cairan yang digunakan semen Ionomer Kaca adalah larutan dari asam poliakrilatdalam konsentrasi kira-kira 50%. Cairan ini cukup kental cenderung membentuk gel setelah beberapa waktu. Pada sebagian besar semen, cairan asam poliakrilat adalah dalam bentuk kopolimer dengan asamitikonik, maleic atau asam trikarbalik. Asam-asam ini cenderung menambah resktifitas dari cairan, mengurangi kekentalan dan mengurangi kecenderungan membentuk gel (Anusavice, 2003).
  Asam tartarik juga terdapat dalam cairan yang memperbaiki karakteristik manipulasi dan meningkatkan waktu kerja, tetapi memperpendek pengerasan. Terlihat peningkatan yang berkesinambungan secara perlahan pada kekentalan semen yang tidak mengendung asam tartaric. Kekentalan semen yang mengandung asam tartaric tidak menunjukkan kenaikan kekentalan (Anusavice, 2003). 
   Ketika bubuk dan cairan semen ionomer kaca dicampurkan, cairan asam akan memasuki permukaan partikel kaca kemudian bereaksi dengan membentuk lapisan semen tipis yang akan mengikuti inti. Selain cairan asam, kalsium, aluminium, sodium sebagai ion-ion fluoride pada bubuk semen ionomer kaca akan memasuki partikel kaca yang akan membentuk ion kalsium (Ca2+) kemudian ion aluminium (Al3+) dan garam fluor yang dianggap dapat mencegah timbulnya karies sekunder. Selanjutnya partikel-partikel kaca lapisan luar membentuk lapisan (Anusavice, 2003).

 3 Sifat semen ionomer Kaca 
a. Sifat Fisis 
1) anti karies ion fluor yang dilepaskan terus menerus membuat gigi lebih tahan terhadap karies. 
2) Termal ekspansi sesuai dengan dentin dan enamel 
3) Tahan terhadap abrasi, ini penting khususnya pada penggunaan dalam restorasi dari groove (Power, 2008). 
b. Sifat Mekanis 
1) Compressive strength: 150 Mpa, lebih rendah dari silikat 
2) Tensile strength : 6,6 Mpa, lebih tinggi dari silikat 
3) Hardness : 4,9 KHN, lebih lunak dari silikat 
4) Frakture toughness : beban yang kuat dapat terjadi fraktur (Power, 2008). 
c. Sifat Kimia
 semen ionomer kaca melekat dengan baik ke enamel dan dentin, perlekatan ini berupa ikatan kimia antara ion kalsium dari jaringan gigi dan ion COOH dari semen ionomer kaca. Ikatan dengan enamel dua kali lebih besar daripada ikatannya dengan dentin. Dengan sifat ini maka kebocoran tepi tambalan dapat dikurangi. Semen ionomer kaca tahan terhadap suasana asam, oleh karena adanya ikatan silang diantara rantai-rantai semen ionomer kaca. Ikatan ini terjadi karena adanya polyanion dengan berat molekul yang tinggi ( Anusavice, 2004).

4 Klasifikasi Semen Ionomer Kaca 
1 Klasifikasi Semen Ionomer Kaca
 Berdasarkan Bahan Pengisi 
a. Semen Ionomer Kaca Konvensional 
 Semen ionomer kaca secara luas digunakan untuk kavitas Klas V, hasil klinis dari prosedur ini baik meskipun penelitian in vitro berpendapat bahwa semen ionomer kaca modifikasi resin dengan ketahanan fraktur yang lebih tinggi dan peningkatan kekuatan perlekatan memberikan hasil yang jauh lebih baik. Beberapa penelitian berpendapat bahwa versi capsulated lebih menguntungkan karena pencampuran oleh mesin sehingga memberikan sifat merekatkan yanglebih baik. Penggunaan semen ionomer kaca telah meluas antara lain sebagai bahan perekat, pelapik dan bahan restoratif untuk restorasi konservatif Klas I danKlas II karena sifatnya yang berikatan secara kimia pada struktur gigi danmelepaskan fluorida. Selain itu respon pasien juga baik karena teknik penempatan bahan yang konservatif dimana hanya memerlukan sedikit pengeboran sehingga pasien tidak merasakan sakit dan tidak memerlukan anastesi lokal. Meskipun demikian SIK tidak dianjurkan untuk restorasi Klas II dan klas IV karena sampaisaat ini formulanya masih kurang kuat dan lebih peka terhadap keausan penggunaan jika dibandingkan dengan komposit (McCabe, 2008). GIC konvensional pertama kali diperkenalkan pada tahun 1972 oleh Wilson dan Kent. Berasal dari asam polyalkenoat cair seperti asam polyacrilic dan komponen kaca yang biasanya adalah fluoroaluminosilikat. Saat bubuk dan cairandi campur terjadi reaksi asam basa kemudian asam polyalkenoat mengalami percepatan hingga terjadi pengentalan sampai semen mengeras. Ini dapat dijadikan sebagai bubuk kaca yang melepaskan ion dan larut dengan campuranyang mengandung asam polyacrilic cair dengan dikeringkan melalui pembekuan untuk dicampur dengan air murni. Pabrik juga dapat menanbahkan sedikit asam tartaric pada air yang dapat memperkirakan reaksi pengerasan yang lebih tepat (Gladwin, 2009).
b. Semen Ionomer Hybrid 
 Komponen bubuk terdiri dari partikel kaca ion-leachable fluoroaluminosilicate dan inisiator untuk light curing atau chemical curing. Komponen cairan biasanyaterdiri dari air dan asam polyacrylic atau asam polyacrilyc yang dimodifikasidengan monomer methacrylate hydroxyethyl methacrylate. Komponen yang duaterakhir bertanggung jawab untuk polimerisasi. Reaksi pengerasan awal dari bahan ini terjadi melalui polimerisasi dari gugus methacrylate. Reaksi asam basayang lambat pada akhirnya akan bertanggung jawab pada proses pematangan yangunik dan kekuatan akhir. Kandungan air secara keseluruhan lebih sedikit untuk tipe ini untuk menampung bahan yang berpolimerisasi (Gladwin, 2009). 
 Perbedaan yang paling nyata adalah berkurangnya translusensi dari bahan ini karena adanya perbedaan yang besar pada indeks pembiasan antara bubuk dengan matrix resin yang mengeras. Tes in vitro dari semen ionomer hibrid melepaskanflorida dalam jumlah yang sebanding dengan yang di lepaskan semen ionomer kaca konvensional. Kekuatan tarik dari ionomer kaca hibrid lebih tinggi dariionomer kaca konvensional. Peningkatan ini di akibatkan oleh moduluselastisitasnya yang lebih rendah dan deformasi plastis yang lebih banyak yangdapat di tahan sebelum terjadinya fraktur. Sifat-sifat yang lain sulit untuk dibandingkan karena formulasi bahan dan cara pengetesan (Lippincot, 2007). 
 Mekanisme pengikatan terhadap struktur gigi dari semen ini sama denganionomer kaca konvensional. Aktifitas ionik yang lebih sedikit diharapkan karenaadanya pengurangan dari asam karboksilat dari cairan ionomer kaca denganmodifikasi resin; namun bagaimanapun kekuatan ikat pada struktur gigi bisa lebihtinggi dari semen ionomer kaca konvensional. Bila dibandingkan dengan ionomer kaca konvensional maka ionomer kaca dengan modifikasi resin memperlihatkankekuatan ikat yang lebih tinggi kepada komposit berbasis resin. Ini sepertinya dikontrol oleh gugus fungsi non polimerisasi residu didalam semen ionomer kacakonvensional. Akibat polimerisasi, bahan ini seharusnya memilki derajat penyusutan yang lebih besar ketika mengeras. Lebih sedikitnya kandungan air danasam karboksilat juga mengurangi kemampuan semen untuk membasahi substratgigi, yang dimana akan meningkatkan kebocoran micro dibandingkan semenionomer kaca konvensional (Anusavice, 2004.) Biokompatibilitas dari ionomer kaca hibrid dapat dibandingkan dengan ionomer kaca konvensional. Tindakan pencegahan yang sama harus dilakukan,seperti penggunaan kalsium hoidroksida untuk preparasi yang dalam. Peningkatan suhu sementara yang berhubungan dengan proses polimerisasi juga menjadi pertimbangan (Gladwin, 2009). Karakteristik dari penanganan ionomer kaca hibrid telah diatur sehingga dapat digunakan sebagai liners atau bases. Kekuatan tekan dan tarik dari liners lebih rendah dari pada semen restorasi yang lain. Kegunaan yang paling utama dari liners ionomer kaca adalah untuk bertindak sebagai bahan pengikat lanjut antara gigi dan restorasi komposit. Karena adanya adhesi pada dentin, maka kemungkinan dari formasi celah pada tepi ginggival yang terletak pada dentin,sementum atau keduanya disebabkan oleh penyusutan polimerisasi dari resin (Lippincot, 2007). 
 Keuntungan dari ionomer kaca di atas resin bonding agent yang menjamin ikatan adhesive, mengurangi sensitivitas tekhnik dan membentuk mekanisme anti kariogenik melalui pelepasan florida. Ketika digunakan pada keadaan ini, prosedur yang lebih di anjurkan adalah tekhik sandwich. Tekhnik ini memberikan keuntungan berupa kualitas yang diinginkan dari ionomer kaca yang memberikanestetika dari restorasi komposit. Tekhnik sandwich di rekomendasikan untuk restorasi komposit kelas 2 dan 5 ketika pasien individual memiliki resiko karies yang tinggi. Hal tersebut berlaku untuk formulasi semen ionomer kaca konvensional dan semen ionomer kaca hibrid like-curable (Lippincot, 2007). 
 c. Semen Ionomer Tri-cure
 Terdiri dari partikel kaca silicate, sodium florida dan monomer yang dimodifikasi polyacid tanpa air. Bahan ini sangat sensitif terhadap cairan, sehingga biasanya disimpan didalam kantong anti air. Pengerasan di awali oleh foto polimerisasi dari monomer asam yang menghasil bahan yang kaku. Selama restorasi digunakan bahan yang telah di pasang menyerap air di dalam saliva dan menambah reaksi asam basa antara gugus fungsi asam dengan matrix dan partikel kaca silicate. Reaksi asam basa yang di induce memungkinkan pelepasan floridakarena tidak adanya air dalam formulasi, pengadukan semen tidak self-adhesiveseperti semen ionomer kaca konvensional dan hibrid. Sehingga dentin-bondingagent yang terpisah di perlukan untuk kompomer yang digunakan sebagai bahan restorasi (Gladwin, 2009).
 Akhir-akhir ini, beberapa bahan dengan 2 komponen, yang terdiri dari bubuk dan cairan atu yang terdiri dari 2 pasta telah dipasarkan sebagai kompomer untuk penerapan luting(luting application). Bubuknya memiliki komposisi srontium aluminum fluorosilicate, metalik oksida, inisitor dengan aktivasi kimia atau cahaya. Cairanya terdiri dari monomer asam karboksilat atau methacrylate yang bisa berpolimerisasi, monomer multifungsional acrylate, dan air. Sedangkan yang berbentuk pasta memilki bahan yang sama disesuaikan dengan bubuk dan cairan.Karena adanya air di dalam cairan , maka bahan ini bersifat self-adhesive danreaksi asam basa dimulai pada saat pengadukan (Lippincot, 2007). Kekuatan ikat dari kompomer terhadap struktur gigi memiliki rentang yangsama dengan semen ionomer kaca karena penggunaan dentin-bonding agent. Meskipun kompomer satu pasta terutama di terapkan untuk restorasi pada area dengan tegangan rendah, data klinis saat ini dibatasi mengingat penggunaan kompomer untuk restorasi kavitas kelas 3 dan 5 sebagai alternative ionomer kaca atau komposit resin (Lippincot, 2007).
 d. Semen Ionomer Kaca yang diperkuat dengan Metal 
 Semen glass ionomer kurang kuat, dikarenakan tidak dapat menahan gayamastikasi yang besar. Semen ini juga tidak tahan terhadap keausan penggunaan dibandingkan bahan restorasi estetik lainnya, seperti komposit dan keramik. 
Ada 2 metode modifikasi yang telah dilakukan, metode I adalah mencampur bubuk logam campur amalgam yang berpartikel sferis dengan bubuk glass ionomer tipe II. Semen ini disebut gabungan logam campur perak. Metode II adalah mencampur bubuk kaca dengan partikel perak dengan menggunakan pemenasanyang tinggi. Semen ini disebut sebagai cermet. Mikrograf skening electron dari bubuk cermet menunjukan partikel-partikel bubuk perak melekat ke permukaan dari partikel-partikel bubuk semen. Jumlah dari fluoride yang dilepaskan dari kedua sistem modifikasi logam ini cukup besar. Namun, fluoride yang dilepaskan dari semen cermet lebih sedikit daripada yang dilepaskan dari semen ionomer kaca tipe II. Hal ini dikarenakan sebagian partikel kaca, yang mengandung fluoride telah dilapisi logam. Pada awalnya semen gabungan melepas lebih banyak fluoride daripada semen tipe II. Tetapi besarnya pelepasan ini menurun dengan berjalannya waktu. Karena partikel-partikel logam pengisi tidak terikat pada matriks semen, sehingga permukaan antar semen menjadi berjalan untuk pertukaran cairan. Ini sangatmeningkatkan daerah permukaan yang tersedia untuk pelepasan fluoride (Anusavice, 2004).
 Dengan meningkatnya daya tahan terhadap keausan dan potensi anti-kariesnya, semen-semen dengan modifikasi logam ini telah dianjurkan untuk penggunaan yang terbatas sebagai alternative dari amalgam atau komposit untuk restorasi gigi posterior. Meskipun demikian, bahan-bahan ini masihdiklasifikasikan sebagai bahan yang rapuh. Karena alas an inilah penggunaan bahan tersebut umumnya terbatas pada restorasi konservatif dan umumnya kelas I (Lippincot, 2007). Semen-semen ini mengeras dengan cepat sehingga dapat menerima tindakan penyelesaian dalam waktu yang relative singkat. Bersamaan dengan potensi adhesi dan daya tahannya terhadap karies, sifat-sifat menjadikan semen tersebut digunakan untuk membangun badan inti untuk gigi yang akan diperbaiki dengan mahkota cor penuh. Namun, karena rendahnya kekuatan terhadap fraktur dan sifatnya yang rapuh, sebaiknya dilakukan pendekatan yang konservatif. Bahan ini sebaiknya tidak digunakan jika bagian yang akan menggunakan semen adalah lebih besar 40% dari keseluruhan. Untuk kasus seperti ini sebaiknya digunakan pasak atau retensi bentuk lainnya (Gladwin, 2009). 

2 Klasifikasi Semen Ionomer Kaca 
Berdasarkan Kegunaannya
 a. Type I – Luting cements SIK tipe luting semen sangat baik untuk sementasi permanen mahkota, jembatan,veneer dan lainnya. Dapat digunakan sebagai liner komposit. Secara kimiawi berikatan dengan dentin enamel, logam mulia dan porselen. Memiliki translusensiyang baik dan warna yang baik, dengan kekuatan tekan tinggi. SIK yang diberikanpada dasar kavitas akan menghasilkan ion fluorida serta berkurangnya sensitifitasgigi, perlindungan pulpa dan isolasi. Hal ini mengurangi timbulnya kebocoranmikro ( micro-leakage) ketika digunakan sebagai semen inlay komposit atau onlay (Craig, 2004). 
b. Type II – Restorasi Karena sifat perekatnya, kerapuhan dan estetika yang cukup memuaskan, SIK juga digunakan untuk mengembalikan struktur gigi yang hilang seperti abrasi servikal. Abrasi awalnya diakibatkan dari iritasi kronis seperti kebiasaan menyikat gigi yang terlalu keras (Craig, 2004). 
c. Type III – Liners and Bases Pada teknik sandwich, SIK dilibatkan sebagai pengganti dentine, dan komposit sebagai pengganti enamel. Bahan-bahan lining dipersiapkan dengan cepat untuk kemudian menjadi reseptor bonding pada resin komposit (kelebihan air pada matriks SIK dibersihkan agar dapat memberikan kekasaran mikroskopis yang nantinya akan ditempatkan oleh resin sebagi pengganti enamel (Anusavice, 2009).
 d. Type IV – Fissure Sealants Tipe IV SIK dapat digunakan juga sebagai fissure sealant. Pencampuran bahan dengan konsistensi cair, memungkinkan bahan mengalir ke lubang dan celah gigi posterior yang sempit (Powers, 2008). 
e. Type V - Orthodontic Cements Pada saat ini, braket ortodonti paling banyak menggunakan bahan resin komposit. Namun SIK juga memiliki kelebihan tertentu. SIK memiliki ikatan langsung ke jaringan gigi oleh interaksi ion Polyacrylate dan kristal hidroksiapatit, dengan demikian dapat menghindari etsa asam. Selain itu, SIK memiliki efek antikariogenik karena kemampuannya melepas fluor. Bukti dari tinjauan sistematis uji klinis menunjukkan tidak adanya perbedaan dalam tingkat kegagalan braket Ortodonti antara resin modifikasi SIK dan resin adhesif (Powers, 2008). 
f. Type VI – Core build up Beberapa dokter gigi menggunakan SIK sebagai inti (core), mengingat kemudahanSIK dalam jelas penempatan, adhesi, fluor yang dihasilkan, dan baik dalam koefisienekspansi termal. Logam yang mengandung SIK (misalnya cermet, Ketac perak, EspeGMbH, Germanyn) atau campuran SIK dan amalgam telah populer. Saat ini, banyak SIK konvensional yang radiopaque lebih mudah untuk menangani daripada logamyang mengandung bahan-bahan lain. Namun demikian, banyak yang menganggapSIK tidak cukup kuat untuk menopang inti (core). Maka direkomendasikan bahwagigi harus memiliki minimal dua dinding utuh jika menggunakan SIK (Powers, 2008).
 g. Type VII - Fluoride releasing Banyak laboratorium percobaan telah mempelajari fluorida yang dihasilkan SIK dibandingkan dengan bahan lainnya. Namun, tidak ada review sistematis dengan atau tanpa meta-analisis yang telah dilakukan. Hasil dari satu percobaan, dengan salah satu tindak lanjut periode terpanjang, menemukan bahwa SIK konvensional menghasilkan fluorida lima kali lebih banyak daripada kompomer dan 21 kali lebih banyak dari resin komposit dalam waktu 12 bulan. Jumlah fluorida yang dihasilkan, selama 24 jam periode satu tahun setelah pengobatan, adalah lima sampai enam kali lebih tinggidari kompomer atau komposit yang mengandung fluor (Craig, 2004). 
h. Type VIII - ART (atraumatic restorative technique) ART adalah metode manajemen karies yang dikembangkan untuk digunakan dinegara-negara dimana tenaga terampil gigi dan fasilitas terbatas namun kebutuhan penduduk tinggi. Hal ini diakui oleh organisasi kesehatan dunia. Teknik menggunakan alat-alat tangan sederhana (seperti pahat dan excavator) untuk menerobos enamel dan menghapus karies sebanyak mungkin. Ketika karies dibersihkan,rongga yang tersisa direstorasi dengan menggunakan SIK viskositas tinggi. SIK memberikan kekuatan beban fungsional (Craig, 2004). 
i. Type IX - Deciduous teeth restoration Restorasi gigi susu berbeda dari restorasi di gigi permanen karena kekuatan kunyahdan usia gigi. Pada awal tahun 1977, disarankan bahwa semen ionomer kaca dapat memberikan keuntungan restoratif bahan dalam gigi susu karena kemampuan SIK untuk melepaskan fluor dan untuk menggantikan jaringan keras gigi, serta memerlukan waktu yang cepat dalam mengisi kavitas. Hal ini dapat dijadikan keuntungan dalam merawat gigi pada anak-anak. Namun, masih diperlukan tinjauanklinis lebih lanjut (Craig, 2004) 

5 Kelebihan dan Kekurangan Semen Ionomer Kaca
Sebelum mengaplikasikan bahan GIC seorang operator harus mengetahui kekurangan dan kelebihan dari bahan yang akan digunakan agar nantinya dapat dipertimbangkan bahan yang cocok untuk diaplikasikan pada kavitas.  
Adapun kelebihan dan kekurangan dari bahan restorasi GIC adalah sebagai berikut :
 kelebihan:
 1) Potensi antikariogenik
 2) Translusen
 3) Biokompatibel
 4) Melekat secara kimia dengan struktur gigi 
 5) Sifat fisik yang stabil 
 6) Mudah dimanipulasi (Craig, 2004). 
Kekurangan : 
1) Water in and water out 
2) Compressive strenght kurang baik
3) Resistensi terhadap abrasi menurun
4) Estetik kurang baik
5) Warna tambalan lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara jelas antara tambalan dengan gigi asli (Craig, 2004)

6 Indikasi dan kontraindikasi 
Setiap bahan semen memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang nantinya dari semua itu dapat dindikasikan untuk kavitas seperti apa bahan tersebut. Untuk Glass ionomer cement (GIC) sendiri memiliki indikasi dan kontraindikasi sebagai berikut :
 Indikasi :
 1) Restorasi pada lesi erosi/abrasi tanpa preparasi kavitas 
 2) Penumpatan pit dan fissure oklusal 
 3) Restorasi gigi sulung
 4) Restorasi lesi karies kl. V
 5) Restorasi lesi karies kl. III lebih diutamakan yang pembukaannya arah lingual
 6) Reparasi kerusakan tepi restorasi mahkota (Craig, 2004).
 Kontraindikasi : 
1) Kavitas-kavitas yang ketebalannya kurang 
2) Kavitas-kavitas yang terletak pada daerah yang menerima tekanan tinggi 
3) Lesi karies kelas IV atau fraktur insisal 
4) Lesi yang melibatkan area luas pada email labial yang mengutamakan faktor estetika (Craig, 2004).

7 Prinsip preparasi gigi pada GIC 
 Adapun prinsip dari preparasi gigi pada GIC meliputi 7 prinsip yaitu : 
 • Outline Form 
 • Resistance Form 
 • Retention Form 
 • Removal of caries
 • Finishing of the enamel wall 
 • Convinience Form
 • Cavity toilet 
Pada kasus tertentu pada karies, yang mengakibatkan kerusakan hingga mengenai pulpa, sebaiknya langkah pertama hingga ke lima di letakkan pada langkah ke dua.
 Apabila terjadi keadaan seperti ini, sangat penting untuk meletakan base yang sesuai takaran ke dalam kavitas yang sudah di preparasi. 
 1. Outline form yaitu garis terluar dari hasil preparasi kavitas yang terdapat di permukaan gigi. Untuk kelas III mengambil jaringan karies yang disertai pembuatan dovetail dengan cara mengambil sedikit jaringan sehat sekitarnya. Untuk kelas V sendiri mengambil jaringan karies disertai pengambilan sedikit jaringan sehat biasanya berbentuk seperti ginjal. 
2. Resistance form adalah bentuk dan penempatan dinding kavitas pada kedudukan yang tepat sehingga rstorasi dan jaringan gigi yang masih sehat dan berfungsi sebagai tempat penahan dapat bekerja sama dalam menahan tekanan tanpa menimbulkan fraktur. 
3. Retention form adalah bentuk dari preparasi kavitas yang tahan terhadap pergeseran atau hilangnya restorasi dari gaya dorong dan daya angkat. Kebutuhan retensi berhubungan dengan jenis material restorasi yang digunakan, prinsip dari retention form bermacam-macam tergantung dari bahan material yang digunakan. Restorasi Glass Ionomer Cement (GIC) melekat di dalam gigi oleh ikatan kimiawi yang timbul antara material dan gigi yang dikondisikan.
 4. Removal of caries merupakan Pembuangan jaringan karies dentin dan debris-debris pada dinding kavitas . Karies tidak boleh ditinggalkan didalam kavitas. Sebeb jika terjadi kebocoran bakteri yang tinggal didalam kavitas akan terjadi aktif dan dapat menimbulkan gejala sakit dan masalah endodontik 
5. Finishing of the enamel wall merupakan Suatu tindakan yang dilakukan untuk membentuk dinding enamel margin yang halus dan rata agar mendapatkan kontak marginal serta adaptasi tumpatan yang baik. Penghalusan dinding dan dasar kavitas menggunakan fine finishing bur sampai halus dan rata. Pada kunjungan berikutnya penghalusan akhir bisa dilakukan dengan menggunakan bur batu putih (white stone), bur tungsten carbide dan karet abrasif dengan kecepatan rendah. 
6. Convenience form dilakukan dengan cara membentuk kavitas sedemikian rupa untuk mempermudah pengerjaan kavitas dan memasukkan bahan tumpatan ke dalam kavitas. Convenience form dapat diperoleh dengan cara : – Memperluas preparasi kavitas – Pemilihan alat yg dapat memudahkan pekerjaan – Pemasangan separator mekanis untuk retraksi gingiva. 
7. Toilet of the cavity merupakan tindakan terakhir dari prinsip preparasi kavitas yang bertujuan untuk membersihkan kavitas dari debris. Kavitas dibersihkan dengan air hangat, menggunakan cleanser cavity atau aquadest.

8 Manipulasi Semen Ionomer Kaca 
Untuk mencapai restorasi yang tahan lama dan prostesis yang tetap kuat, kondisi-kondisi untuk SIK berikut harus dipenuhi:
 (1) permukaan gigi yang disiapkan harus bersih dan kering,
 (2) konsistensi campuran semen harus memungkinkan untuk dapat melapisi seluruh permukaan yang bergelombang dan dudukan prostesis, 
(3) semen yang berlebih harus dikeluarkan pada waktu yang tepat, 
(4) permukaan harus selesai tanpa pengeringan yang berlebihan, dan 
 (5) perlindungan permukaan restorasi harus dipastikan untuk mencegah retak atau disolusi.
 Kondisi-kondisi ini serupa untuk aplikasi luting, tetapi tidak dibutuhkan finishing permukaan (Anusavice, 2009). 
 Semen Ionomer Kaca merupakan sistem bubuk-cairan yang dikemas di dalam botol atau kapsul. Botol bubuk harus disentak dengan lembut sebelum pengeluaran. Bubuk dan cairan dikeluarkan pada paper pad atau glass slab. Bubuk dibagi menjadi dua bagian yang sama. Bagian pertama dari bubuk dicampur dengan spatula kaku ke dalam cairan sebelum bagian berikutnya ditambahkan. Waktu pencampuran antara 30 hingga 60 detik, tergantung pada produk. Semen digunakan segera karena working time setelah pencampuran sekitar 2 menit pada 22oC. Pendinginan mixing slab memperlambat setting reaction dan memberikan tambahan working time. Semen tidak boleh digunakan dalam bentuk ”kulit” pada permukaan atau ketika konsistensi terasa menjadi lebih tebal. Hindari kontak dengan air selama aplikasi ruangan harus diisolasi sepenuhnya. Semen set di dalam mulut sekitar 7 menit dari awal pencampuran (Powers, 2008)

9 Reaksi Pengerasan Semen Ionomer Kaca
 Reaksi pengerasan dimulai saat cairan asam polielektrolit berkontak dengan permukaan kaca aluminosilikat yang kelak akan menghasilkan pelepasan sejumlah ion. 
 SIK mengalami 3 fase reaksi pengerasan yang berbeda dan saling overlapping. Fase pertama adalah fase pelepasan ion yang diawali reaksi ionisasiradikal karboksil (COOH) yang terdapat dalam rantai asam (asam poliakrilat)menjadi ion COO- (ion karboksilat) dan ion H+. Ion H+ bereaksi pertama kalipada permukaan partikel kaca menyebabkan terlepasnya ion-ion seperti Ca2+ dan Na+ ke dalam cairan. Kemudian ion H+ tersebut berpenetrasi kembali hinggamencapai struktur yang kurang terorganisasi menyebabkan terlepasnya ion Al3+. Saat fase ini, dilepaskan panas dengan suhu berkisar antara 3oC sampai 7oC. Semakin besar rasio bubuk dan cairan SIK maka panas yang dilepaskan akan semakin besar (Craig, 2004).
 Selama tahap awal tersebut terjadi, SIK berikatan dengan struktur gigi. Secarafisik SIK terlihat berkilau. Penempatan pada struktur gigi harus dilakukan padafase ini karena matriks poliasam bebas yang dibutuhkan untuk perlekatan ke gigitersedia dalam jumlah yang maksimum. Pada tahap akhir dari fase pelepasan ionini, yang ditandai dengan hilangnya tampilan berkilau SIK, matriks poliasambebas bereaksi dengan kaca sehingga kurang mampu berikatan dengan strukturgigi atau struktur lainnya (Craig, 2004).
 Fase kedua dari reaksi pengerasan SIK adalah fase hidrogel. Fase hidrogel terjadi 5 sampai 10 menit setelah pencampuran dilakukan. Selama fase ini, ion-ionkalsium yang dilepas dari permukaan kaca akan bereaksi dengan rantai poliasam polianionik yang bermuatan negatif untuk membentuk ikatan silang ionik. Pada fase hidrogel ini mobilitas rantai polimer berkurang sehingga menyebabkan terbentuknya gelasi awal matriks ionomer. Selama fase hidrogel berlangsung,permukaan SIK harus dilindungi dari lingkungan yang lembab dan kering karena ion kalsium yang bereaksi dengan rantai poliasam polianionik mudah larutdalam air. Jika SIK tidak dilindungi, maka ikatan silang ionik yang mudah larut tersebut akan melemahkan SIK secara keseluruhan dan terjadi penurunan derajat translusensi sehingga turut mempengaruhi estetika (Craig, 2004). 
 Pada fase hidrogel ini, SIK memiliki bentuk yang keras dan opak. Opaksitastersebut disebabkan adanya perbedaan yang besar pada indeks refraksi antarafiller kaca dan matriks. Opaksitas SIK ini sifatnya sementara dan akanmenghilang selama reaksi pengerasan akhir terjadi. Fase terakhir adalah gel poligaram, yang terjadi ketika SIK mencapai pengerasan akhir, dapat berlanjut selama beberapa bulan. Matriks yang terbentuk akan menjadi mature ketika ion-ion aluminium, yang pelepasannya dari permukaan kaca lebih lambat, terikat ke dalam campuran semen membantu membentuk hidrogel poligaram yang menyebabkan semen menjadi lebih kaku (Anusavice, 2009).
 Fase gel poligaram ini menyebabkan SIK terlihat lebih menyerupai gigi, disebabkan indeks refraksi gel silika yang mengelilingi filler kaca hampir sama dengan matriks. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya penyebaran cahaya dan opaksitas. Jika SIK masih terlihat opak, maka hal tersebut mengindikasikan bahwa gel poligaram tidak terbentuk disebabkan karena adanya kontaminasi air. SIK yang telah mengeras secara sempurna terdiri atas tiga komponen, yaitukaca pengisi, gel silika, dan matriks poliasam (Anusavice, 2009).

10 Tehnik preparasi kelas III
• Tentukan batas garis luar kavitas 
• Untuk mendapat akses ke dentin yang terkena karies. Jika gigi tetengga masih ada maka dilakukan dengan bur tungsten carbide atau bur intan dengan kecepatan tinggi melalui ridge tepi emaildan aspek palatal 
• Dinding labial sebaiknya dipertahankan 
• Perluasan dinding email dipermukaan palatal kearah palatal, insissal maupun gingival dilakukan dengan bur bulat kecil 
• Retensi (groove stabilitasi) dibuat dengan bur bulat 

11 Tehnik Preparasi kelas V 
 Bentuk ragangan restorasi klas V tidaklah seragam, tetapi bervariasi tergantung karies atau tingkat dekalsifikasi yang terjadi. Outline form berbentuk ginjal pada bagian bukal 1/3 serviko servikal. Kedalaman preparasi kurang lebih 3 mm (sampai mengenai dentin). Bila jaringan yang rusak telah disingkirkan dan tepinya berada pada email yang baik, ragangan biasanya persegi panjang dengan sudut membulat, ovoid atau berbentuk ginjal. Retensi dibuat pada oklusal, dan dinding gingival di pertautan dengan dinding aksial. Tidak boleh ada undercut pada dinding mesial dan distal. Kedalaman retensi dibentuk menggunakan diameter bur, dan tidak melebihi diameter bur bahkan dalam beberapa hal malah bisa kurang.

 12 Cara penumpatan 
 1. Tahapan Isolasi Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang dibasahi saliva dan lidah akan menggangu penglihatan. Beberapa metode tepat digunakan untuk mengisolasi daerah kerja yaitu saliva ejector, gulungan kapas atau cotton roll,dan isolator karet atau rubbedam (Baum, 1997). a. Saliva Ejector Alat ini mempuyai diameter 4 mm. Digunakan untuk menghisap saliva yang tertumpuk didalam mulut. Penggunaan saliva ejector adalah ujungnya dari diletakkan didasar mulut. Pada posisi initer kadang membuat pasien tidak nyaman karena diletakkan terus menerus didasar mulut, di bawah tekanan negatif yang konstan dapat menarik jaringan lunak dan menimbulkan lesi jaringan lunak. 
b. Gulungan Kapas atau Cotton Roll Gulungan Kapas atau Cotton Roll Digunakan kedokteran gigi memiliki beberpa ukuran panjang dan besar. Namun yang sering digunakan adalah cotton roll nomor2 dengan panjang inchi dan diameter inchi. Cotton roll dapat menyerap saliva cukup efektif sehingga menghasilkan isolasi jangka pendek pada rongga mulut. Biasanya cotton roll harus sering diganti karena akan sering terbashi oleh saliva. Penggunaan cotton roll bersama saliva ejector efektif dalam meminimalkan aliran saliva (Roberson dkk, 2002) 
c. Isolator karet atau Rubber Dam Dari semua metode isolasi daerah kerja tidak ada yang seefektif dari rubber dam. Lembaran karet inidengangigi-gigi yang menonjol melalui lubang pada lembaran itu memberikan isolasi yang positif dan jangka panjang pada gigi yang perlu dirawat. Penggunaan dari rubber dam merupakan keharusan untuk prosedur operatif. Rubber dam terdiridari 2 bagian yaitu isolator karet dan klem. 
d. Pembersihan Gigi Gigi dibersihkan dengan rubber cups dan pumice yang dicampur dengan air. Bila ada karang gigi dibersihkan terlebih dahulu. 
e. Tahap preparasi Gigi fraktur Karena trauma dibuat bavel pada seluruh tepi enamel selebar 2-3 mm dari tepi kavitas dengan diamond fissure bur dengan sudut 450 Gigi dengan karies dibersihkan dengan diamond fissure bur atau excavator, kemudin dibuat bevel seperti di atas. Tahap pertama adalah memperoleh akses ke dentin yang terkena karies. Untuk kasus kelas III akses diperoleh dari pembuangan ridge palatal karena ridge ini tidak didukung oleh dentin yang sehat. Dinding labial sedapat mungkin dipertahankan mengingat sampai saat ini tak satupun warna bahan restorasi yang sama persis dengan warna gigi. Akses dari palatal memang lebih menyusahkan operator namun akses dari labial jarang sekali dilakukan karena akan menghasilkan estetika yang tidak begitu baik. Akses langsung bisa dilakukan jika gigi tetangganya tidak ada. Setelah akses tahap selanjutnya adalah pembuatan ragangan kavitas atau outlinef orm.Ragangan pada kasus ini hanya dibuat berdasarkan perluasan kariesnya yang mengenai email dan dentin. Semua email dan dentin yang sebenarnya tidak terserang karies tetapi kelihatannya sudah lemah harus dihilangkan. Perluasan kavitas ini sebagai langkah dari pencegahan atau extension for prevention. Untuk kelas III pada tahap resisten yaitu pembuatanbevel tidak perlu dilakukan karena menghindari jaringan yang terbuang dan menghindari kontakdengan gigi tetap pada tetangga. Bentuk kavitas biasanya telah menyediakan retensi yang cukup tanpa membuat alur retensi khusus. Bentuk retensi pada setiap kasus berbeda tergantung pada besar kavitasnya apakah kecil atau besar Retensi pada kelas III adalah undercut. 
Undercut dibuat di dnding gingival aproksimal dan undercut pendek berupa pit di dinding insisal. Pada restorasi plastiskommposit proses pengetsaan juga merupakan suatu retensi mekanis. Setelah preparasi selesai dilakukan tahap selanjutnya perlu dilakukan pengecekan tepi kavitas agar tidak ada email dan dentin karies yang tersisa sehingga tidak menyebabkan karies sekunder. Selanjutnya adalah pembersihan kavitas, semua debris dan sisa preparasi diirigasi dengan aquade ststeril dan kemudian dikeringkan. Terakhir kavitas perlu diperiksa lagi dari berbagai aspek sebelum dilakukan penumpatan. 
 2. Tahap Persiapan Bahan Rasio powder dan liquid yang dianjurkan oleh pabrik. Dilakukan pada paper pad, Powder & Liquid terpisah. Serbuk dibagi menjadi 2 bagian, I bagian dicampur sampai konsistensi milky, sisanya di mixing dan dilakukan waktu total 45-60 detik (tgt pabrik)
 a. Mixing 
  • dicampur dengan cepat dengan cara melipat. Pengadukan harus selesai dalam waktu 40 detik
 • Cairan tidak boleh dikeluarkan sampai tepat sebelum waktu pengadukan dilaksanakan (terjadi penguapan air penaikan viskositas).
 • Konsistensi adonan : Terlihat kental dan berkilat di permukaan asam poliakrilat masih basah & dapat melekat ke struktur gigi. 
b. Penempatan bahan ke dalam kavitas 
 • Adukan semen segera ditempatkan dengan alat plastis filling dan syringe insulin ke dalam kavitas gigi. 
 • Selanjutnya dipasang sebuah matriks yang sudah dibentuk terlebih dahulu (untuk memberi kontur). c. Penyelesaian permukaan dari semen yang telah mengeras
• Prosedur penyelesaian lanjutan, dianjurkan waktu penyelesaian selama 10 menit
• untuk mengurangi resiko rusaknya permukaan atau warna restorasi menjadi agak kurang 
d. Prosedur pasca restorasi 
• Tambalan harus dilapisi lagi dengan bahan pelindung karena tepi semen yang terbuka akibat baru dirapikan masih peka terhadap lingkungan Oleh karena itu, restorasi GIC dilindungi dengan lapisan varnish atau resin. 
13 Bahan Pelindung GIC 
 Keluar masuknya air dari SIK dalam 24 jam pertama akan menurunkan sifat fisik dan estetik, sehingga diperlukan lapisan pelindung yang kedap air. Beberapa lapisan pelindung yang digunakan adalah varnis dan bonding. Varnis merupakan larutan resin, shellac, copal, sandarac, dan medikamen lain dalam pelarut yang mudah menguap seperti eter atau alkohol. Pada penguapannya, varnis membentuk lapisan tipis yang lengket atau film yang merupakan barier terhadap efek berbahaya dari cairan atau bahan pengiritasi. Varnis yang diaplikasikan di atas permukaan SIK bertujuan untuk mencegah kontaminasi air dan saliva selama 24 jam pertama setelah penempatan tumpatan SIK di dalam kavitas.15 Selain itu, varnis juga digunakan untuk melindungi SIK yang belum mengeras secara sempurna dari pengeringan akibat perubahan mekanisme hilangnya air.
 Komposisi yang terdapat di dalam varnis yang digunakan sebagai bahan pelindung SIK di bawah ini: a. Komposisi % komponen kimia berdasarkan berat 
b. Asetat isopropyl 60-70% 
c. Aseton 14% d. Kopolimer kloride vinil dan asetat vinil 14% 
 Keterangan: Walaupun komposisi, manipulasi, dan rasio bubuk serta cairan pada SIK telah diperhitungkan dengan cermat, namun bahan tambal SIK ini tetap rentan terhadap absorpsi dan desikasi terhadap air pada tahap awal setelah dilakukan pengadukan, sehingga diperlukan aplikasi pelindung SIK yang kedap air seperti varnis dan bonding agent pada 5 menit pertama setelah manipulasi SIK. Dengan aplikasi pelindung SIK ini maka penurunan sifat fisik, seperti kekerasan dapat dicegah. 

14 Defenisi ART Autraumatic Restoratif Treatment ( ART )
adalah prosedur tindakan yang didasarkan atas excavasi atau pembuangan jaringan karies dengan hanya menggunakan instrumen tangan dan disertai dengan penumpatan kavitas dengan bahan tumpatan adhesif, yaitu glass ionomer semen.

15 Prinsip ART 
 Ada dua prinsip utama ART yang dapat menunjang keberhasilan perawatan karies, antara lain : 
a. Jaringan karies dibuang dengan instrumen tangan saja 
b. Merestorasi kavitas dengan bahan restorasi yang melekat pada gigi.
 Bahan yang digunakan untuk merestorasi gigi pada ART, yaitu glass ionomer semen. 

16 Indikasi dan Kontra Indikasi ART Indikasi ART 
a. Karies dini dimana kavitas baru mencapai email dan dentin yang dapat dijangkau dengan instrumen ART. 
b. Pit and fissure yang dalam pada semua gigi.
c. Kerusakan atau lesi pada servical gigi. 
Yang harus diperhatikan bahwa ART hanya dapat dilakukan pada pasien dengan Oral Higiene (OH) yang baik. 
 Kontra Indikasi : 
a. Jika terdapat pembengkakan (abses) atau fistel di dekat gigi yang karies. 
b. Jika jaringan pulpa gigi sudah terbuka. 
c. Gigi yang mengalami nyeri untuk waktu yang lama dan mungkin terjadi inflamasi kronis. 
d. Kavitas tidak dapat dicapai dengan instrumen tangan. 
e. Terdapat tanda-tanda kavitas yang jelas, misalnya pada permukaan proksimal, tapi kavitas tersebut tidak dapat dijangkau dari arah proksimal maupun dari arah oklusal. 
f. Gigi dengan karies yang dalam. 
g. Gigi yang ganggren.

17 Alat-alat dan Bahan yang digunakan Pada ART 
Alat yang digunakan : 
1. Kaca mulut Digunakan untuk merefleksikan cahaya ke objek, untuk melihat kavitas secara tidak langsung serta untuk menarik pipi atau lidah jika diperlukan 
2. Pinset Digunakan untuk membawa cotton roll, cotton pelet, wedge dan kertas artikulasi ke mulut dan sebaliknya. 
3. Sonde Digunakan untuk mengidentifikasikan di mana karies berada. Harus diperhatikan bahwa alat ini tidak boleh dimasukkan ke dalam lesi karies yang sangat kecil. Karena dapat merusak permukaan gigi dan proses penghambatan karies. Juga tidak boleh digunakan untuk probing kr dalam kavitas karena dapat melukai atau membuka pulpa.
 4. Spoon excavator ( Sendok excavator ) Instrumen ini digunakan untuk menghilangkan karies dentin dan email yang lunak. 
5. Dental hatchet Digunakan untuk memperlebar jalan masuk kavitas, untuk mengikis email tipis yang tidak terdukung dan email yang terkena karies setelah dentin yang terkena karies hilang. 
6. Applier (Carver) Berujung dua, yaitu ujung yang tumpul digunakan untuk memasukkan adukan glass ionomer semen ke dalam kavitas yang telah dibersihkan serta pit dan fissure.
 7. Mixing pad (Spatula atau Glass slab) Alat ini diperlukan untuk mencampur glass ionomer semen. 8. Wedge Digunakan pada interdental. 
9. Instrumen baru yang tersedia enamel access cutter Instrumen baru ini didesain untuk membantu orang klinik dalam membentuk akses dan lebih memperlebar jalan masuk ke kavitas untuk memfasilitasi excavasi karies dentin dengan menggunakan excavator. 
 Bahan yang digunakan : 
a. Cotton roll Digunakan untuk mengabsorbsi saliva sehingga gigi yang akan dirawat tetap kering.
b. Cotton pellet Digunakan untuk membersihkan kavitas.
c. Protelium jelly Bahan ini digunakan untuk menjaga terbukanya glass ionomer dan mencegah perlekatan antara tangan dengan glass ionomer selama masa pengerasan.
d. Plastic strip Bahan ini digunakan untuk membentuk contour pada permukaan proksimal pada kavitas permukaan ganda.
e. Wedge Bahan ini digunakan untuk menahan plastic strip pada permukaan proksimal gigi sehingga bahan restorasi tidak mengalir antara gusi dan gigi.

18 Posisi Pasien, 
Operator dan Asisten untuk ART
A.Posisi Pasien 
1) Memiringkan kepala
  Memiringkan kepala ke belakang, mengangkat dagu untuk perawatan gigi atas. 
  Pasien memiringkan kepala ke depan, menurunkan dagu untuk perawatan gigi bawah. 
2) Memutar kepala 
 Posisi tangan, untuk perawatan karies gigi pada permukaan oklusal. 
 Pasien memutar kepala ke kiri, untuk perawatan karies gigi pada permukaan bukal. 
 Pasien memutar kepala ke kanan,untuk perawatan karies gigi pada permukaan palatal. 
3) Membuka mulut 
 Pasien membuka mulut dengan penuh 
 Mulut pasien setengah tertutup, untuk merilekskan pipi agar mudah mengerjakan sisi bukal. Maka di sini digunakan mirror untuk menarik pipi. 
B. Posisi dan Postur Kerja Operator
 Posisi dan postur kerja operator harus memberi pandangan terbaik pada rongga mulut pasien. Pada saat yang sama, Pasien dan operator harus nyaman. 
C. Posisi Asisten Asisten bekerja di sisi kiri operator yang bekerja dengan tangan kanan dan tidak mengubah posisi. Asisten harus duduk sedekat mungkin dengan pasien menghadap ke mulut pasien. 

19 Prosedur ART 
 Preparasi atau mempersiapkan kavitas atau pembuangan jaringan karies. 
 Pembersihan kavitas atau conditioning kavitas.
 Pengadukan bahan glass ionomer. 
 Penumpatan gigi dengan glass ionomer. 

20 Keuntungan dan Kerugian ART
1. Keuntungan ART 
a. Berkaitan dengan penggunaan instrumen tangan.
• ART dijadikan sebagai perawatan restorasi yang dapat diberikan pada seluruh lapisan masyarakat karena dapat dilakukan di mana saja. 
• Kontrol infeksi yang sederhana, karena hand instrumen lebih mudah dibersihkan dan disterilkan setelah penggunaannya. 
• Penggunaan hand instrumen pada ART lebih ekonomis dibandingkan perawatan lain yang menggunakan peralatan dental elektrik.
 b. Berkaitan dengan glass ionomer semen
 • Glass ionomer mengadakan ikatan kimia terhadap struktur enamel dan dentin sehingga tidak perlu membuang jaringan sehat gigi disekitarnya sewaktu preparasi kavitas 
• Glass ionomer merupakan bahan biocompatible dan tidak menyebabkan iritasi pulpa dan ginggival. • Glass ionomer cukup estetik karena memiliki warna yang sama dengan struktur gigi. 
2. Kerugian ART 
• Glass ionomer semen memiliki kekuatan fisik yang relatif lebih lemah dan ketahanan terhadap abrasi lebih rendah 
• Glass ionomer semen sulit dimanipulasi karena sensitivitasnya terhadap air yang sangat tinggi, sehingga dapat menyerap air selama reaksi awal dan selanjutnya bahan mulai mengeras 
• Dalam uji coba klinis menunjukkan bahwa lama glass ionomer bertahan pada gigi molar sulung adalah kurang dari tiga tahun. Restorasi glass ionomer paling lama bertahan pada gigi anterior karena menerima sedikit tekanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar